Sabtu, 31 Januari 2015

Laporan Observasi SLBN Handayani

LAPORAN OBSERVASI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
SLBN HANDAYANI

Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
(Dr. H. Rita Retnowati, MS)




disusun oleh:
Devi Hafiludin –
Eti Heryati –
Rima Purwanti –
Rina Renita –
Rita Novita –


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS  PAKUAN
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Ilahi Rabbi yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Observasi ini sesuai  waktu yang telah di tentukan. Sholawat serta Salam tidak lupa kami sampaikan kepada Nabiyuna Rasulullah Muhammad, SAW yang telah menyampaikan risalah kepada kami semua.
Alhamdulillah kami dari kelompok 3 sangat berterima kasih kepada pihak sekolah yang telah mengizinkan kami untuk melakukan observasi ini, khususnya bagi Kepala Sekolah, wali kelas dan siswa yang kami observasi, karena atas kerja sama yang baik kami bisa mengerjakan laporan ini.
Laporan ini disusun dalam  rangka memenuhi salah satu  tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2014 dan bertempat di sekolah SLBN HANDAYANI di wilayah Karangtengah Cibadak Kabupaten Sukabumi.
Dalam peribahasa dinyatakan “tak ada gading yang tak retak”, maka dari itu kami menyadari laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Sukabumi,  November 2014

Kelompok 3













i

DAFTAR ISI





































BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Setiap manusia diciptakan Tuhan melalui beberapa proses penciptaan dari mulai proses pembuahan, kehamilan sampai terlahir ke dunia ini. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna,tapi pada persepsi manusia sendiri kita dihadapkan pada kenyataan bahwa ada sebagian manusia yang dilahirkan kurang sempurna secara fisik ataupun kejiwaan. Tuhan menciptakan manusia yang kurang sempurna ini atau kita sebut selanjutnya sebagai orang-orang berkebutuhan khusus bukan tanpa alasan. Melainkan Tuhan ingin menyadarkan makhluk-makhluknya untuk tidak sombong dan selalu bersyukur atas karunia yang telah Dia berikan.
Tetapi sering kali manusia kurang bersyukur atas pemberian Tuhan. Terkadang mereka sampai melakukan operasi untuk memperindah bentuk tubuhnya atau agar mereka terlihat cantik atau tampan. Bahkan ada juga yang sampai melakukan operasi untuk mengubah jenis kelamin. Mereka tidak pernah menyadari bahwa masih ada orang-orang diluar sana yang kurang beruntung dibandingkan dirinya, misalnya saja orang-orang yang berkebutuhan khusus. Orang-orang yang berkebutuhan khusus sering diolok-olok dan dikucilkan. Padahal mereka juga memiliki hak yang sama dengan orang-orang normal pada umumnya, seperti hak untuk menuntut ilmu, akan tetapi mereka tidak bisa belajar di sekolah umum, melainkan di sekolah  khusus (SLB) untuk orang-orang yang berkebutuhan khusus.
Penelitian yang berkebutuhan khusus ini akan memberikan manfaat bagi kita untuk selalu bersyukur, karena Tuhan menciptakan kita dengan kesempurnaan. Bukan hanya itu, kita juga harus bisa menghargai mereka dengan tidak mengucilkan atau mengolok-oloknya.
 2.     Rumusan Masalah
Pada observasi kali ini yang menjadi pokok permasalahan adalah:
1.    Apa saja jenis-jenis orang berkebutuhan khusus?
2.    Bagaimana sistem pembelajaran yang digunakan untuk anak yang berkebutuhan khusus?

3.      Tujuan

Tujuan diadakannya observasi ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi peserta didik yang berkebutuhan khusus yaitu:
1.         Apa saja ciri-ciri dan klasifikasi anak berkebutuhan khusus (ABK),
2.         Ketersesuaian teori keilmuan tentang ABK dengan kenyataan di lapangan,
3.         Bagaimana sistem pembelajaran dalam menangani ABK
.4.      Manfaat
Laporan ini sangat bermanfaat sekali bagi penulis, karena:
a.      Memberikan kesempatan kepada kami untuk mempelajari, mengamati, dan mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi oleh Anak Berkebutuhan Khusus.
b.      Melatih kita dalam membuat suatu karya tulis agar terbiasa dan lebih baik.
c.     Memberikan kesempatan kepada kami untuk lebih mengenal  mereka dari berbagai aspek  serta masalah yang mereka hadapi,
d.     Menambah rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang telah Dia berikan kepada kita selama ini, bahwa kita termasuk ke dalam orang-orang yang diciptakan tanpa kekurangan suatu apapun dari segi fisik & mental.
e.    Bisa lebih menghargai ABK dengan cara pandang mereka, bahwa mereka tidak meminta untuk dikasihani tapi mereka membutuhkan perhatian yang lebih dan kesempatan yang sama untuk bisa belajar seperti anak  normal lainnya
Tidak hanya bagi penulis, laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca, karena:
a.    Mengetahui akan masalah yang dihadapi Anak berkebutuhan khusus.
b.  Lebih mendekatkan pembaca khususnya orang tua dengan anaknya, dengan memberikan perhatian, kesempatan dan motivasi bagi mereka.
c.  Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian akan masalah yang dihadapi oleh ABK.

5.      Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini kami hanya menggunakan tehnik wawancara & pengamatan secara langsung.
6.      Waktu dan Tempat
-          Waktu                   :               Kamis, 23 Oktober 2014
-          Pukul                     :               08.00 s.d 12.00
-          Tempat                                :               SLBN HANDAYANI
Jl. Karang Tengah No.126 Cibadak Kabupaten Sukabumi





BAB II
LANDASAN TEORI

A.        KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus).
Secara umum kita dapat mengetahui bahwa seorang anak termasuk anak berkebutuhan khusus, apabila kita dapat mengenali ciri-ciri yang nampak secara fisik dari anak tersebut. Anak dikategorikan berkebutuhan khusus akan nampak ciri-ciri secara fisiknya, dan dapat kita kenali anatra lain :
1.    Apabila kita menatap mata anak tersebut, maka anak tersebut akan mengalihkan pandangannya dari kontak mata kita.
2.    Kontak mata anak tidak fokus dan mudah mengalihkan pandangan.
3.    Raut wajah anak nampak datar tanpa ekspresi, tanpa motivasi, dan tanpa keinginan walaupun mereka dalam keadaan sedih, senang, kalah, maupun menang.
4.    Secara fisik mereka memiliki fisik yang bagus, namun akan nampak saat kita ajak mereka untuk berdiskusi yaitu anak tersebut kadang tidak memperhatikan atau mendengarkan apa yang akan kita bicarakan, mereka kadang sulit untuk menyampaikan pendapatnya, berbicara dengan cedal, meyampiakan dengan kata-kata yang tidak jelas bahkan dengan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaannya.
5.    Jika anak kita bawa pada suatu lingkungan yang banyak anak seusianya, anak tersebut cenderung tidak mau bergaul dengan mereka namun meilih untuk bermain sendiri, seakan-akan mereka memiliki dunianya sendiri yang tidak mau diganggu oleh orang lain.
6.    Anak sering berbicara sendiri, bermain sendiri dan menjauh dari lingkungan pergaulan.
7.    Secara fisik dan nampak dengan jelas anak memiliki keterbatasan (cacat)
 Penyebabnya :
1.       Pra natal : kehamilan yang mengalami pendarahan, kurang gizi, minum obat-Obatan
2.       Natal      : persalinan yang tidak spontan, lahir prematur, berat badan lahir rendah
3.       Post natal: tumor otak, kejang, diare semasa bayi

Uraian di atas adalah ciri-ciri umum yang dapat kita kenali sejak dini, namun bukan berarti kita dapat dengan mudah memberikan label kepada anak dengamn ciri-ciri tersebut di atas sebagai anak berkebutuhan khusus, karena tanpa diagnosa dari ahlinya yaitu psikolog atau psikiater maka belum dapat dikatakan bahwa anak tersebut adalah anak berkebutuhan khusus. Apabila kita mendapati ciri-ciri umum yang tersebut di atas alangkah baiknya jika kita melaklukan antisipasi atau tindakan preventif dengan membawanya ke psikolog atau psikiater sehingga kelak potensi anak tersebut dapat dikembangkan secara optimal.
Lebih lanjut dan mendalam tentang anak bekebutuhan  khusus, beberapa ahli mengkategorikan dengan ciri-ciri tertentu.
Di dalam POS Pendidikan Inklusif Departemen Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terdiri atas anak yang mengalami hambatan permanen, temporer maupun hambatan dalam perkembangan. Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, tetapi khusus untuk keperluan pendidikan inklusi, anak dengan kebutuhan khusus akan dikelompokkan sebagai berikut :
1.    Tuna netra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
Tuna netra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
·       tidak mampu melihat
·       tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
·       kerusakan nyata pada kedua bola mata,
·       sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
·       mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
·       bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
·       peradangan hebat pada kedua bola mata,
·       mata bergoyang terus.
Faktor penyebab ketunanetraan adalah:
ü Sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhaan seorang anak dalam kandungan.
ü Pada saat mengandung ssng ibu menderita penyakit yang dapat menyebabkan kebutaan, seperti: Gonorrhoe, trachoma, dan akibat kecelakaan.
ü Kerusakaan pada mata atau syaraf mata.
Keadaan fisik anak tunanatra tidak berbeda dengan anak normal lainnya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ penglhataan. Intelektualnya pun tidak jauh berbeda. Kecenderugan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah.
2.    Tuna rungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah seseorang yang kehilangaan seluruh atau sebagian daya pendengarannya baik permanen maupun tidak,sehingga mengalami gangguan dalam berkomunikasi secara verbal. Fisik orang yang  tunarungu tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya, hanya saja saat meraka berbicara tanpa suara atau dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya, atau tidak bisa mendengar atau kurang bisa mendengar dan berbicara atau bisa berbicara tapi tidak bisa mendengar atau sebaliknya. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
·      tidak mampu mendengar,
·      terlambat perkembangan bahasa
·      sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
·      kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
·      ucapan kata tidak jelas
·      kualitas suara aneh/monoton,
·      sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
·      banyak perhatian terhadap getaran,
·      keluar cairan ‘nanah’ dari kedua telinga
Klasifikasi tuna Rungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1.       Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB),
2.       Gangguan pendengaran ringan (41-55dB),
3.       Gangguan pendengaran sedang (56-70dB),
4.       Gangguan pendengaran berat (71-90dB),
5.       Gangguan pendengaran ekstrem / tuli (di atas 91dB).

Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh.
3.    Tuna daksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa, baik bersifat bawaan maupun akibat sakit atau kecelakaan, termasuk amputasi, polio dan lumpuh.
Ciri-cirinya sebagai berikut :
·         anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
·         kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
·         terdapat bagian anggauta gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
·         terdapat cacat pada alat gerak,
·         jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
·         kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
·         hiperaktif/tidak dapat tenang.
Tingkat gangguannya terbagi tiga:
1.       Ringan : memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi,
2.       Sedang :   memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
3.       Berat     :   memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Faktor penyebab tunadaksa adalah:
ü  terjadinya infeksi penyakit,
ü  kelainan pada kandungan,
ü  saat mengandung mengalami trauma
ü  kecelakaan,
ü  pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan.
Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak normal lainnya, hanya dari aspek psikologi mereka membutukan rasa aman dalam kehidupannya.
4.         Tuna Grahita
Tuna grahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental (cacat mental) & gangguan intelektual (lemah berfikir) jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
·         penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar,
·         tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
·         lambat dalam mempelajari hal-hal baru
·         perkembangan bicara/bahasa terlambat
·         tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
·         koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
·         tingkah laku & interaksi yang tidak lazim atau kurang wajar
·         sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
Tunagrahita digolongkan menjadi 3:
1.    Mampu rawat
2.    Mampu latih
3.    Mampu didik
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ
Ø  Tunagrahita ringan (IQ : 51-70)
Ø  Tunagrahita sedang (IQ : 25-50)
Ø  Tunagrahita berat (IQ :dibawah 25 )
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada umur mental
Ø  Tunagrahita ringan umur mental  8 – 12 tahun
Ø  Tunagrahita sedang umur mental 3- 8   tahun
Ø  Tunagrahita berat umur mental  0-  3 tahun
Umur mental tunagrahita setaraf dengan anak usia 8 tahun, meskipun anak tunagrahita berusia 20 tahun secara kelender akan tetapi umur mental anak itu maksimal berusia seperti anak usia 8 tahun pada anak umumnya.Maka tidak mengherankan kalau ada anak tunagrahita berusia 20 tahun tingkah lakuknya seperti anak-anak. Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
Faktor penyabab ketunagrahitaan adalah:
ü  Genetik (kerusakan atau kelainaan biokomiawi, abnormalitas, kromosomal)
ü  Peradangan pada selaput otak dan problem nutrisi karena kkurang gizi atau protein.
ü  Akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir (gangguan saat kehamilan).
ü  Gangguan jiwa berat dan pengaruh lingkungan.

5.  Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.

Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
·         bersikap membangkang,
·         mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
·         sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu
·         sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.

6.     Berbakat/memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (inteligensi), kreativitas, dan tanggungjawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal).
Ciri-cirinya sebagai berikut :
·         membaca pada usia lebih muda,
·         membaca lebih cepat dan lebih banyak,
·         memiliki perbendaharaan kata yang luas,
·         mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
·         mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
·         mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
·         menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
·         memberi jawaban-jawaban yang baik,
·         dapat memberikan banyak gagasan
·         luwes dalam berpikir
·         terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
·         mempunyai pengamatan yang tajam,
·         dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
·         berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
·         senang mencoba hal-hal baru,
·         mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
·         senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
·         cepat menangkap hubungan sebabakibat,
·         berperilaku terarah pada tujuan,
·         mempunyai daya imajinasi yang kuat,
·         mempunyai banyak kegemaran (hobi),
·         mempunyai daya ingat yang kuat,
·         tidak cepat puas dengan prestasinya,
·         peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
·         menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
7.    Kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal).
 Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).
Ciri-cirinya sebagai berikut :
a.    Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
1)   perkembangan kemampuan membaca terlambat,
2)   kemampuan memahami isi bacaan rendah,
3)   kalau membaca sering banyak kesalahan
b.    Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
1)    kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
2)    sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 6 dgn 9, dan sebagainya,
3)    hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
4)    tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
5)    sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
c.    Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
1)    sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
2)    sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
3)    sering salah membilang dengan urut,
4)    sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
5)   sulit membedakan bangun-bangun geometri.

8.         Autis
Secara definisi autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993).
Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
1.       Interaksi sosial
2.       Komunikasi (bahasa dan bicara)
3.       Perilaku-emosi
4.       Pola bermain
5.       Gangguan sensorik dan motorik
6.       Perkembangan terlambat atau tidak normal

Ciri-cirinya antara lain:
·         membeo atau bicara terus menerus dengan kata-kata yang aneh,
·         senang membariskan benda-benda,
·         senang tiduran di lantai,
·         senang mengibas-ngibaskan tangan,
·         suka merusak,
·         suka memutar atau menggelengkan kepala,
·         menghindari kontak mata,
·         kadang menangis atau tertawa sendiri.

Jadi anak autis adalah anak yang mengalami kelainan secara kompleks, susah diajak berkomunikasi dan makanannyapun harus dijaga atau diet, tidak boleh makan makanan yang mengandung tepung, karena efeknya akan mengalami hiper. Anak autis lebih cepat sembuh dibandingkan dengan anak-anak yang mengalami tunagrahita melalui terapi yang terus menerus.
9.    Hiperaktif
Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Ciri-cirinya antara lain:
·         Menolak duduk di kursi
·         Berputar sebelum duduk
·         Berputar mondar-mandir
·         Memegang benda-benda sekitar
·         Terlalu banyak bicara
·         Membuat-buat alasan
·         Tidak teratur mengerjakan tugas
·         Membolak-balikkan kertas
·         Kesulitan konsentrasi

 10.   ADHD
                ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.
Ciri-ciri Anak ADHD
a.       Seringkali gagal untuk memperhatikan detail atau melakukan kesalahan yang tidak semestinya dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah atau tugas lainnya
b.      Kerapkali mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatiannya dalam tugas-tugas yang sedang dikerjakannya atau saat bermain
c.       Seringkali terlihat seperti tidak mendengarkan saat diajak berbicara oleh orang lain
d.      Seringkali tidak mengikuti petunjuk yang diberikan dan gagal untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau tugas lainnya di tempat kerja
e.      Seringkali mengalami kesulitan untuk mengorganisir tugas atau kegiatannya
f.        Seringkali menghindar, menolak, atau enggan untuk terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan mental effort (tugas yang menuntut anak untuk berpikir), seperti tugas sekolah, PR
g.       Sering kehilangan benda-benda yang diperlukan untuk membuat tugas atau bermain, seperti alat tulis, buku kerja, mainan,dll
h.      Perhatiannya mudah teralih oleh stimulus di lingkungan

 11. Indigo
Indigo adalah manusia yang sejak lahir mempunyai kelebihan khusus yang tidak dimiliki manusia pada umumnya.
 Macam Indigo :
  1. Indigo Humanis,anak yang akan bekerja dengan orang banyak mereka adalah dokter, pengacara, guru, ahli pemasaran di masa depan bergaul secara luas sangat aktif sering terbentur karena tidak punya rem.
  2. Indigo artisindigo yang sangat sensitif, perawakan kecil berminat pada seni. Meski menjadi dokter mereka akhirnya menjadi ahli bedah atau peneliti. Pada umur 5 – 10 tahun mereka telah menguasai 15 jenis seni yang berbeda. Jika tertarik ke musik mereka bisa menguasai lebih 4 jenis alat musik sekaligus
  3. Indigo interdimensional, indigo yang paling sakti. Pada umur 2 tahun mereka sudah bisa diajak bicara banyak hal. Pada umur itu mereka sudah bisa bilang “ Saya sudah tahu hal itu “, atau “ Saya bisa atasi itu”. Biarkan saja saya sendiri.
  4. Indigo konseptual, lebih banyak menggarap proyek dibanding orang lain. Mereka adalah arsitek, ahli mesin, perancang, astronot di masa mendatang. Fisik mereka terlihat sangat atletis dan punya kemampuan mengendalikan orang. Yang menjadi sasaran biasanya ibunya.
 Ciri-cirinya antara lain:
·         Mempunyai kesadaran diri yang tinggi, terhubung dengan sumber (Tuhan)
·         Tidak nyaman dengan disiplin dan cara yang otoriter tanpa alasan yang jelas.
·         Menolak mengikuti aturan atau petunjuk
·         Tidak sabaran dan tidak suka bila harus menunggu.
·         Frustasi dengan sistem yang sifatnya ritual dan tidak kreatif.
·         Mereka punya cara yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah.
·         Sebagian besar adalah orang yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
·         Tidak bisa menerima hukuman yang tanpa alasan selalu ingin alasan yang jelas.
·         Mudah bosan dengan tugas yang diberikan
·         Kreatif
·         Mudah teralihkan perhatiannya, bisa mengerjakan banyak hal bersamaan.
·         Menunjukkan intuisi yang kuat
·         Punya empati yang kuat terhadap sesama atau tidak punya empati sama sekali.
·         Sangat berbakat dan pintar (CIBI)
·         Saat kecil sering di identifikasi ADHD ( susah berkonsentrasi )
·         Mempunyai visi dan cita-cita yang kuat
·         Pandangan mata mereka terlihat bijaksana dan mendalam
·         Mempunyai kesadaran spiritual atau mempunyai kemampuan psikis.













BAB III
DESKRIPSI DATA

A.   SISTEM PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ABK
1.   Sekolah Khusus / Sekolah Luar Biasa (SLB)
Sekolah Luar Biasa ialah satuan pendidikan yang menyelenggagarakan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jenis ketunaan yang dilayani adalah  semua jenis ketunaan, yang proses pembelajarannya dikelompokkan berdasarkan masing-masing jenis ketunaan.  Misalnya dalam sekolah tersebut ada anak tunanetra, tunarungu dan ketunaan lainnya, maka anak tunanetra belajar dengan tunanetra lainya dan terpisah dengan dengan anak tunarungu atau ketunaan lainnya.
Dalam SLB satu atap menyelenggarakan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus mulai jenjang:
-      TKLB     --   selama  2-3 tahun
-      SDLB     --   selama  6   tahun
-      SMPLB  --  selama  3   tahun
-      SMALB --   selama  3   tahun

Kurikulum yang digunakan di SLB adalah kurikulum nasional sesuai  jenis ketunaan yang sudah di tetapkan rambu-rambunya oleh BNSP. Dalam pelaksanaan kurikulum ini disesuaikan dengan kondisi lapangan dan anak berkebutuhan khusus yang dilayani. 
Isi kurikulum SLB pada dasarnya sama dengan sekolah umum, ada mata pelajaran akademis dan mata pelajaran praktis, perbedaanya ada pada perbandingan prosentase antara pendidikan akademis dan pendidikan praktis (ketrampilan). Untuk Kurikulum TKLB dan SDLB hampir sama perbandingannya antara pendidikan akademis dan praktis adalah 60:40, sedangkan pada SMPLB perbandingannya ialah 40:60, dan pada SMALB perbandingannya 30:70.
Pada kurikulum SLB selain pendidikan akademis dan ketrampilan ada juga program khusus. Program Khusus ini diberikan berdasarkan jenis ketunaan. Adapun program khusus untuk anak berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut:
1.       Orientasi dan Mobilitas                                 untuk tunanetra
2.       Bina Komunikasi Persepsi  Bunyi dan Irama          untuk tunarungu
3.       Kemampuan Merawat Diri/Bina Diri                        untuk tunagrahita
4.       Bina Gerak                                                                          untuk tunadaksa
5.       Bina Pribadi dan Sosial                                                    untuk anak tunalaras

  2.       Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi ialah Sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Tujuan Pendidikan Inklusi bedasarkan Permendiknas No. 70   Tahun 2009 ialah:
(1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya;
(2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik, sebagaimana yang dimaksud pada point ke 1
Kurikulum pada Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan potensinya. Serta pembelajaran pada pendidikan inklusif mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik belajar peserta didik.
Untuk Penilaian Pendidikan Inklusi berdasarkan Permendiknas No. 70  Tahun 2009:
v  Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu  pada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
v  Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan standar  nasional pendidikan atau  di atas standar nasional  pendidikan  wajib mengikuti ujian nasional.
v  Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar nasional  pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan  yang bersangkutan.
v  Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan mendapatkan ijazah  yang blankonya dikeluarkan oleh Pemerintah.
v  Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional pendidikan mendapatkan surat tanda tamat belajar yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.

Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat belajar dapat  melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi   atau satuan pendidikan khusus.
Anak Berkebutuhan Khusus dilihat dari ketunaan dibagai menjadi dua yaitu Anak Berkebutuhan Khusus bersifat Permanen dan anak Berkebutuhan Khusus yang bersifat temporer.
1.     Anak Berkebutuhan Khusus Temporer
Anak Berkebutuhan Khusus temporer adalah anak yang mengalami kelainan bersifat sementara dan bila mendapatkan perlakuan /intervensi/terapi akan mendekati kesembuhan, contoh anak yang termasuk Anak Berkebutuhan Khusus temporer diantaranya: tuna laras, dileksia, diskalkulia, disgrafia, autis, hiperaktif
2.     Anak Berkebutuhan Khusus Permanen
Anak Berkebutuhan Khusus permanen adalah anak yang mengalami kelainan yang sifatnya tetap/tidak bisa disembuhkan/cacat bersifat tidak bisa disembuhkan. Anak Berkebutuhan Khusus yang bersifat permanen diantaranya adalah: Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, Tunaganda, Anak dan lain-lain.
Jenis-Jenis Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
Dalam menangani anak berkebutuhan khusus, pada dasarnya ada dua prinsip penanganan yang laing mendasar, yaitu:
1.    Penanganan Bersifat Interfensi
Penanganan bersifat intervensi adalah penanganan bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang mempunyai kelainan/ketunaan yang bersifat temporer, yaitu tuna laras, dileksia, diskalkulia, disgrafia, autis, hiperaktif, dengan jalan memberikan memberikan perlakuan/intervensi/terapi yang berkelanjutan sehingga menjadikan ketunaan berkurang jauh atau bahkan mendekati normal.
2.    Penanganan Bersifat Kompensasi
Penanganan bersifat kompensasi adalah penanganan bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang mempunyai kecacatan yang bersifat permanen, yaitu Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, Tunaganda, dan lain-lain, dengan jalan mengalihkan indera yang hilang dengan indera yang masih dimilikinya, misaknya tunanetra kehilangan inderra penglihatan maka bisa dikompensasikan dengan indera yang masih dimilikinya, misalnya dengan memfungsikan indera pendengarannya, indera peraba, indera penciuman, demikian juga untuk tunarungu mereka kehilangan indera pendengaran maka dikompensasikan dengan indera yang ada, yaitu indera penglihatannya, dan lain-lain.
Anak berkebutuhan khusus perlu penanganan yang khusus pula, maka dari itu para anak berkebutuhan khusus di sekolahkan di Sekolah Luar Biasa yang mana sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.
B.        OBSERVASI LEMBAGA
Sekolah Luar Biasa Negeri HANDAYANI pada awal berdirinya pada tahun 1983 bernama SDLB yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial kab. Sukabumi kemudian sesuai dengan aturan pemerintah pada tahun 2003 SDLB berubah menjadi SLBN yang mencakup TKLB, SDLB, SLTPLB, dan SMALB. SLBN HANDAYANI ini telah melaksanakan tugasnya dalam mendidik anak bangsa selama kurang lebih 31 tahun. SLBN Handayani memberikan pelayanan bagi penyandang tuna netra,tuna rungu,tuna grahita ringan dan sedang serta tuna daksa sedang untuk dibina menuju kemandirian dan kesetaraan dari usia SD – SLB dengan jumlah murid 114 siswa putra dan putri.

1.         Data Sekolah
No. Sekolah                        : 801 02 0 18 001
NPSN                                     : 58570398
Status Sekolah                   : Negeri
Status Akreditasi              : SDLB    : B (Baik)
                                                                : SMPLB                : B (Baik)
                                                                : SMALB               : A (Amat Baik)
Tahun Berdiri                     : 1983
Alamat                                 : Jl. Raya Karangtengah  No.126 Cibadak Kab.Sukabumi
Telepon                                                : 0266-533127
Fax                                         : 0266-535514
E-mail                                    : handayanisukabumi@yahoo.co.id
Website                                               : www.handayanisukabumi.blogspot.com



2.         Visi dan Misi

Visi         :
SLB Handayani sebagai pengembang potensi, bakat, minat dan kecerdasan peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan terampil memalui pendidikan berbasis kecakapan hidup tahun 2014
Misi        : 
·         Meningkatkan keimanan peseta didik melalui pengetahuan, keterampilan, dan pembiasaan ajaran agama sehingga menjadi manusia yang bertaqwa.
·         Meningkatkan pengetahuan yang bermanfaat bagi peserta didik sesuai dengan potensi dan karakteristik yang dimilikinya.
·         Meningkatkan keterampilan kecakapan hidup ( Life skill ) yang meliputi keterampilan personal, sosoial, interpersonal dan vukasional.
·         Meningkatkan kepribadian yang mantap sehingga mampu berinteraksi, berkomunikasi, kompetitif dan bekerja sama dengan orang lain.

3.         Tujuan SLB Handayani :
         Mengembangkan dan meningkatkan minat, bakat, kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia dan keterampilan vokasional untuk hidup mandiri.

4.         Keadaan guru dan karyawan SLB Handayani :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16

Kepala Sekolah
PKS Urusan Kurikulum
PKS Urusan Kesiswaan
PKS Urusan Sapras
PKS Urusan Humas
Pemegang Kas
Penanggung jawab Perpustakaan
Koordinator spesialisasi Tunanetra
Koordinator spesialisasi Tunarunggu
Koordinator spesialisasi TG Ringan
Koordinator spesialisasi TG Sedang
Koordinator spesialisasi TD Sedang
Urusan Keuangan
Urusan Administrasi
Urusan Kepegawaian
Caraka
: Agus, S.Pd.
: Drs. Deden Rachmat S.
: Asep Budi Mulhayat,S.pd.
: Yayan Ahmad R. S.Pd.
: Sudinta Ghandi, S.Pd.
: Atus Gusniar, S.Pd.
: Kurnia, S.Pd.
: Eti Hartai, S.Pd.
: Atik Rahmat, SE.M.MPd.
: Atus Gusniar, S.Pd.
: Yayan Ahmad R. S.Pd.
: Drs. Deden Rachmat S.
: Tika Atikah, A.Md.
: Heri Budiana
: Tika Atikah, A.Md.
: Sobur

5.         Tugas guru menurut Spesialisasi
1.


Spesialisai Tunanetra ( Bagian A )


·       Eti Hartati,S.Pd.
·       Ujang Jarkasih, S.Pd.

2.







Spesialisai Tunarunggu ( Bagian B )







·       Atik Rahmat, SE.M.MPd.
·       Kurnia, S.Pd.
·       Ahmad Ridwan, S.Pd.
·       Titin Sumarni, S.Pd.
·       Suhaeman , S.Pd.
·       Isye Rostiana, S.Pd.
·       Yeni Rohaeni, S.Pd.
3.








Spesialisai Tunagrahita Ringan dan  Sedang ( Bagian C & C 1).








·       Atus Gusniar, S.Pd.
·       Yayan Ahmad R. S.Pd.
·       Sudinta Ghandi, S.Pd.
·       Entin Kusmiati, S.Pd.
·       Asep Budi Mulhayat,S.Pd.
·       Irma Nurhasanah, S.Pd.
·       Tina Agustina, S.Pd.
·       Annisa Apriliani S.S.P
4.



Spesialisai Tunadaksa Sedang
 ( Bagian D 1 )



·       Aton Patonah, S.Pd.
·       Dewi Gustiawati, S.Pd.
·       Drs. Deden Rachmat S.

5.






6.




7.




8.

Instruktur Pelatih Keterampilan
5.1   . Merangkai sapu ijuk
5.2   . Tata Boga
5.3.   Tata Busana

5.4. Budidaya Ikan

Pelatih Kesenian
6.1. Tari
6.2. Badud/ Debus
6.3. Vokal dan instrumental

Pelatih Olah Raga
7.1. Atletik
7.2. Tenis Meja
7.3. Bulu Tangkis

Guru Bidang Studi
8.1. Pendidikan Agama Islam
8.2. Bahasa Inggris


·       Yayan Ahmad R. S.Pd.
·       Atus Gusniar, S.Pd.
·       Titin Sumarni, S.Pd.
·       Kusyaeri
·       Suherman,S.Pd.


·       Titin Sumarni, S.Pd.
·       Suherman,S.Pd.
·      Kurnia,S.Pd.


·       Suherman,S.Pd.
·       Aton Patonah, S.Pd.
·       Eti Hartati,S.Pd.


·      Ai Sumiati,S.P.d
·       Sudinta Ghandi, S.Pd.

C.        OBSERVASI FISIK

1.    Penampilan Fisik Subjek
Penampilan fisik subjek di kelas tuna grahita berbeda-beda dimana secara umum fisiknya ada yang berbentuk mongoloid dan ada yang seperti normal biasa. Yang berwajah mongoloid rata bermata sipit,berambut pirang.
Ciri-cirinya otot-otot lemah,wajah datar dengan mata agak miring keatas, dahi agak lebar, hidung pesek lidah tebal,mulut kecil,telinga kecil dan letahnya agak rendah leher lebih lebar dari ukuran normal, telapak tangan hanya mempunyai 1 garis tangan, jari tangan pendek dan jari kelingking hanya ada 2 ruas dan melengkung ke dalam, ada jarak lebar antara jempol dan jari yang berdekatan. Rambut tippis dan jarang.
Salah satunya siswa yang bernama Fajar terlihat berbeda dengan anak normal lainnya. Dengan berwajah mongolid, tangan membesar, matanya juling, rambutnya pirang, kepalanya lebih kecil dari pada ukuran seharusnya. Perilaku emosinalnya tidak stabil,cenderung temperamen, curiga terhadap perilaku orang lain. Intelegensinya kurang dan mudah lupa. Dan berbicarapun kurang jelas. Emosinya tinggi dan siswa-siswa yang lain ada yang berwajah biasa seperti anak normal dengan kemampuan bicara yang lebih bagus dibandingkan siswa yang lain yang mongoloid salah satunya Nadia dengan wajah cantik seperti wajah biasa dengan kemampuan berbicara lebih jelas hanya persamaannya antara siswa yang mongoloid dan siswa yang berwajah biasa adalah kemampuan otaknya yang dibawah rata-rata IQ berkisar 40 – 50 dengan situasi emosionalnya tidak stabil dan meledak.
2. Aktifitas Subjek Dalam Kelas
Secara umum anak-anak tunagrahita bersosialisasi seperti anak biasa antar temannya tetapi kalau diluar kelas mereka cenderung minder. Pada saat dikelas mereka belajar dengan di bimbing satu persatu oleh gurunya dengan perbandingan 1 : 1, 1:3, 1:5 dan 1:8, tergantung berat tidaknya kebutuhan khusus siswa tersebut. Interaksi siswa dan guru didalam kelas berjalan lancar hanya ada perbedaan dengan siswa biasa yaitu pada saat bertanya pada guru mereka cenderung memukul-mukul meja atau melempar buku dan lainnya.
Salah satunya Fajar, Nadia, Melly, Siti, Difa saling melempar buku pada saat berkomunikasi.
Dalam pergaulan dengan teman sebaya tidak mendapat hambatan, tetapi ketika dia bergaul dengan orang luar sekolag mereka cenderung ada mencari perhatian, ketakutan atau ada yang tidak peduli terhadap lingkungan.


3.    Cara Penanganan
Cara penanganan tuna grahita
Guru didalam kelas mengajar siswa grahita dengan perbandingan 1:1, 1:3, 1:5, dan 1:8 tergantung kebutuhan tingkatan siswa tersebut. Untuk pennganan atau therapy, sekolah menyarankan untuk ke dokter atau psikiater, sekolah hanya melaksanakan bimbingan akademik saja.
Cara penangan tuna rungu
Siswa tuna rungu yang ada d SLBN Handayani secara fisik wajahnya sama dengan ank normal seperti biasa hanya perbedaannya dalam cara berbicara dengan menggunakan gerakan tangan serta ucapan yang tidak jelas. Ciri khusus dari kelas tuna rungu adalah berjalan membungkuk dan saling curiga terhadap teman.
Cara bersosialisasi anak tuna rungu dengan sesama teman dikelas sangat akrab tapi dengan orang diluar kelas mereka cenderung minder atau kurang percaya diri.
Mereka belajar seperti anak umum sesuai dengan anak usia mereka hanya pada saat bertanya mereka salalu menggunakan bahasa isyarat contohnya siswa Rani, dia sangat pintar hitungan, berwajah cantik, dan diapun bisa berkomunikasi seperti anak biasa dengan bahasa yang lebih jelas dibandingkan teman-teman sekelasnya dan penggunaan bahasa isyarat merupakan ciri khas tuna rungu. Didalam kelas guru mengajar dengan sama menggunakan bahasa isyarat dan pemberian pelajaran khusus yaitu pembelajaran bahasa isyarat cara mengucapkan kalimat.
Cara penanganannya sama dengan tuna yang lain, hanya mendapatkan pembelajaran huruf braile dan kepekaan indra keenam.
















BAB IV
P E N U T U P


1.   Kesimpulan
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Sistem pembelajaran untuk anak yang berkebutuhan khusus tidak jauh berbeda dengan anak normal. Cuma cara pengajarannya atau penyampaiannya sedikit agak berbeda. Anak berkebutuhan khusus juga diajarkan pelajaran-pelajaran umum dan seperti akan lulus sekolah, dilakukan ujian nasional seperti yang  ada di sekolah umum, akan tetapi pelajaran atau soal yang diajarkan atau diberikan sedikit agar lebih ringan.
2.   Saran
Karena keterbatasan waktu, maka penelitian ini sangatlah terbatas. Semoga penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan pembelajaran untuk masyarakat umum.



















DAFTAR PUSTAKA

3.         2010. Pendidikan Anak Luar Biasa. [Online]. Tersedia:  http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/ pendidikan-anak-luar-biasa/      (14 Januari 2010)
4.         Anak Berkebutuhan Khusus.  [Online]. Tersdia: http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
6.         (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus).