LAPORAN
OBSERVASI
ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
SLBN
HANDAYANI
Tugas
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
(Dr. H.
Rita Retnowati, MS)
disusun oleh:
Devi
Hafiludin –
Eti
Heryati –
Rima
Purwanti –
Rina
Renita –
Rita
Novita –
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PAKUAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kepada Ilahi Rabbi yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Observasi ini
sesuai waktu yang telah di tentukan. Sholawat serta Salam tidak lupa
kami sampaikan kepada Nabiyuna Rasulullah Muhammad, SAW yang telah menyampaikan
risalah kepada kami semua.
Alhamdulillah kami dari kelompok
3 sangat berterima kasih kepada pihak sekolah yang telah mengizinkan kami untuk
melakukan observasi ini, khususnya bagi Kepala Sekolah, wali kelas dan siswa
yang kami observasi, karena atas kerja sama yang baik kami bisa mengerjakan
laporan ini.
Laporan ini disusun
dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan. Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2014 dan bertempat di
sekolah SLBN HANDAYANI di wilayah Karangtengah Cibadak Kabupaten Sukabumi.
Dalam peribahasa dinyatakan “tak
ada gading yang tak retak”, maka dari itu kami menyadari laporan ini bukanlah
karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun
sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga
laporan ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Sukabumi, November 2014
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Setiap manusia diciptakan Tuhan melalui
beberapa proses penciptaan dari mulai proses pembuahan, kehamilan sampai
terlahir ke dunia ini. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna,tapi pada persepsi manusia sendiri kita dihadapkan pada kenyataan
bahwa ada sebagian manusia yang dilahirkan kurang sempurna secara fisik ataupun
kejiwaan. Tuhan menciptakan manusia yang kurang sempurna ini atau kita sebut
selanjutnya sebagai orang-orang berkebutuhan khusus bukan tanpa alasan.
Melainkan Tuhan ingin menyadarkan makhluk-makhluknya untuk tidak sombong dan
selalu bersyukur atas karunia yang telah Dia berikan.
Tetapi sering kali manusia kurang
bersyukur atas pemberian Tuhan. Terkadang mereka sampai melakukan operasi untuk
memperindah bentuk tubuhnya atau agar mereka terlihat cantik atau tampan.
Bahkan ada juga yang sampai melakukan operasi untuk mengubah jenis kelamin.
Mereka tidak pernah menyadari bahwa masih ada orang-orang diluar sana yang
kurang beruntung dibandingkan dirinya, misalnya saja orang-orang yang
berkebutuhan khusus. Orang-orang yang berkebutuhan khusus sering diolok-olok
dan dikucilkan. Padahal mereka juga memiliki hak yang sama dengan orang-orang
normal pada umumnya, seperti hak untuk menuntut ilmu, akan tetapi mereka tidak
bisa belajar di sekolah umum, melainkan di sekolah khusus (SLB)
untuk orang-orang yang berkebutuhan khusus.
Penelitian yang berkebutuhan
khusus ini akan memberikan manfaat bagi kita untuk selalu bersyukur, karena
Tuhan menciptakan kita dengan kesempurnaan. Bukan hanya itu, kita juga harus
bisa menghargai mereka dengan tidak mengucilkan atau mengolok-oloknya.
2. Rumusan
Masalah
Pada observasi kali ini yang menjadi pokok permasalahan adalah:
1. Apa saja jenis-jenis orang
berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana sistem
pembelajaran yang digunakan untuk anak yang berkebutuhan khusus?
3. Tujuan
Tujuan diadakannya observasi ini adalah untuk mengetahui dan
mengidentifikasi peserta didik yang berkebutuhan khusus yaitu:
1.
Apa saja ciri-ciri dan
klasifikasi anak berkebutuhan khusus (ABK),
2.
Ketersesuaian teori
keilmuan tentang ABK dengan kenyataan di lapangan,
3.
Bagaimana sistem
pembelajaran dalam menangani ABK
.4. Manfaat
Laporan ini sangat bermanfaat sekali bagi penulis, karena:
a. Memberikan
kesempatan kepada kami untuk mempelajari, mengamati, dan mengkaji suatu permasalahan
yang dihadapi oleh Anak Berkebutuhan Khusus.
b. Melatih
kita dalam membuat suatu karya tulis agar terbiasa dan lebih baik.
c. Memberikan kesempatan kepada kami
untuk lebih mengenal mereka dari
berbagai aspek serta masalah yang mereka
hadapi,
d. Menambah
rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang telah Dia berikan kepada kita selama ini,
bahwa kita termasuk ke dalam orang-orang yang diciptakan tanpa kekurangan suatu
apapun dari segi fisik & mental.
e. Bisa lebih menghargai ABK dengan cara
pandang mereka, bahwa mereka tidak meminta untuk dikasihani tapi mereka
membutuhkan perhatian yang lebih dan kesempatan yang sama untuk bisa belajar
seperti anak normal lainnya
Tidak hanya bagi penulis, laporan ini juga bermanfaat bagi
pembaca, karena:
a. Mengetahui akan
masalah yang dihadapi Anak berkebutuhan khusus.
b. Lebih mendekatkan pembaca khususnya orang tua dengan anaknya,
dengan memberikan perhatian, kesempatan dan motivasi bagi mereka.
c. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian akan masalah
yang dihadapi oleh ABK.
5. Metode
Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini
kami hanya menggunakan tehnik wawancara & pengamatan secara langsung.
6. Waktu dan
Tempat
-
Waktu : Kamis, 23 Oktober 2014
-
Pukul : 08.00 s.d 12.00
-
Tempat : SLBN HANDAYANI
Jl. Karang Tengah No.126 Cibadak Kabupaten Sukabumi
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK)
adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan
(phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak berkebutuhan khusus
(Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus).
Secara umum kita dapat mengetahui
bahwa seorang anak termasuk anak berkebutuhan khusus, apabila kita dapat
mengenali ciri-ciri yang nampak secara fisik dari anak tersebut. Anak
dikategorikan berkebutuhan khusus akan nampak ciri-ciri secara fisiknya, dan
dapat kita kenali anatra lain :
1. Apabila kita menatap mata anak tersebut, maka anak tersebut akan
mengalihkan pandangannya dari kontak mata kita.
2. Kontak mata anak tidak fokus dan mudah mengalihkan pandangan.
3. Raut wajah anak nampak datar tanpa ekspresi, tanpa motivasi, dan
tanpa keinginan walaupun mereka dalam keadaan sedih, senang, kalah, maupun
menang.
4. Secara fisik mereka memiliki fisik yang bagus, namun akan nampak
saat kita ajak mereka untuk berdiskusi yaitu anak tersebut kadang tidak
memperhatikan atau mendengarkan apa yang akan kita bicarakan, mereka kadang
sulit untuk menyampaikan pendapatnya, berbicara dengan cedal, meyampiakan dengan
kata-kata yang tidak jelas bahkan dengan jawaban yang tidak sesuai dengan
pertanyaannya.
5. Jika anak kita bawa pada suatu lingkungan yang banyak anak
seusianya, anak tersebut cenderung tidak mau bergaul dengan mereka namun meilih
untuk bermain sendiri, seakan-akan mereka memiliki dunianya sendiri yang tidak
mau diganggu oleh orang lain.
6. Anak sering berbicara sendiri, bermain sendiri dan menjauh dari
lingkungan pergaulan.
7. Secara fisik dan nampak dengan jelas anak memiliki keterbatasan
(cacat)
Penyebabnya :
1.
Pra natal : kehamilan
yang mengalami pendarahan, kurang gizi, minum obat-Obatan
2.
Natal : persalinan
yang tidak spontan, lahir prematur, berat badan lahir rendah
3.
Post natal: tumor
otak, kejang, diare semasa bayi
Uraian di atas adalah ciri-ciri
umum yang dapat kita kenali sejak dini, namun bukan berarti kita dapat dengan
mudah memberikan label kepada anak dengamn ciri-ciri tersebut di atas sebagai
anak berkebutuhan khusus, karena tanpa diagnosa dari ahlinya yaitu psikolog
atau psikiater maka belum dapat dikatakan bahwa anak tersebut adalah anak
berkebutuhan khusus. Apabila kita mendapati ciri-ciri umum yang tersebut di
atas alangkah baiknya jika kita melaklukan antisipasi atau tindakan preventif
dengan membawanya ke psikolog atau psikiater sehingga kelak potensi anak
tersebut dapat dikembangkan secara optimal.
Lebih lanjut dan mendalam tentang
anak bekebutuhan khusus, beberapa ahli mengkategorikan dengan
ciri-ciri tertentu.
Di dalam POS Pendidikan Inklusif
Departemen Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terdiri atas anak yang mengalami hambatan
permanen, temporer maupun hambatan dalam perkembangan. Ada
bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, tetapi khusus untuk
keperluan pendidikan inklusi, anak dengan kebutuhan khusus akan dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Tuna netra/anak
yang mengalami gangguan penglihatan
Tuna netra adalah anak yang
mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau
sebagian, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
·
tidak mampu melihat
·
tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
·
kerusakan nyata pada kedua bola mata,
·
sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
·
mengalami kesulitan mengambil benda kecil di
dekatnya,
·
bagian bola mata yang hitam berwarna
keruh/besisik/kering,
·
peradangan hebat pada kedua bola mata,
·
mata bergoyang terus.
Faktor penyebab ketunanetraan adalah:
ü
Sangat erat hubungannya
dengan masalah keturunan dan pertumbuhaan seorang anak dalam kandungan.
ü
Pada saat mengandung ssng
ibu menderita penyakit yang dapat menyebabkan kebutaan, seperti: Gonorrhoe,
trachoma, dan akibat kecelakaan.
ü
Kerusakaan pada mata atau
syaraf mata.
Keadaan fisik anak tunanatra tidak
berbeda dengan anak normal lainnya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya
terdapat pada organ penglhataan. Intelektualnya pun tidak jauh berbeda.
Kecenderugan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah.
2. Tuna rungu/anak
yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah seseorang yang
kehilangaan seluruh atau sebagian daya pendengarannya baik permanen maupun
tidak,sehingga mengalami gangguan dalam berkomunikasi secara verbal. Fisik
orang yang tunarungu tidak berbeda
dengan anak normal pada umumnya, hanya saja saat meraka berbicara tanpa suara
atau dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya, atau tidak bisa
mendengar atau kurang bisa mendengar dan berbicara atau bisa berbicara tapi
tidak bisa mendengar atau sebaliknya. Karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga
mereka biasa disebut tunawicara. Individu
tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Ciri-cirinya adalah sebagai
berikut :
·
tidak mampu mendengar,
·
terlambat perkembangan bahasa
·
sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
·
kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
·
ucapan kata tidak jelas
·
kualitas suara aneh/monoton,
·
sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
·
banyak perhatian terhadap getaran,
·
keluar cairan ‘nanah’ dari
kedua telinga
Klasifikasi tuna Rungu berdasarkan tingkat gangguan
pendengaran adalah:
1.
Gangguan pendengaran sangat
ringan (27-40dB),
2.
Gangguan pendengaran ringan
(41-55dB),
3.
Gangguan pendengaran sedang
(56-70dB),
4.
Gangguan pendengaran berat
(71-90dB),
5.
Gangguan pendengaran
ekstrem / tuli (di atas 91dB).
Cara berkomunikasi dengan
individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah
dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di
setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi
total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa
verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh.
3. Tuna daksa/mengalami kelainan angota
tubuh/gerakan
Tunadaksa adalah anak yang
mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi,
otot) sedemikian rupa, baik bersifat bawaan maupun akibat sakit atau
kecelakaan, termasuk amputasi, polio dan lumpuh.
Ciri-cirinya sebagai berikut :
·
anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
·
kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak
lentur/tidak terkendali),
·
terdapat bagian anggauta gerak yang tidak
lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
·
terdapat cacat pada alat gerak,
·
jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
·
kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan
menunjukkan sikap tubuh tidak normal
·
hiperaktif/tidak dapat tenang.
Tingkat gangguannya terbagi tiga:
1. Ringan : memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap
masih dapat ditingkatkan melalui terapi,
2. Sedang : memilki keterbatasan motorik dan mengalami
gangguan koordinasi sensorik,
3. Berat : memiliki keterbatasan total dalam gerakan
fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Faktor penyebab tunadaksa adalah:
ü
terjadinya infeksi
penyakit,
ü
kelainan pada kandungan,
ü
saat mengandung mengalami
trauma
ü
kecelakaan,
ü
pemakaian anestasi yang
melebihi ketentuan.
Anak tunadaksa pada dasarnya sama
dengan anak normal lainnya, hanya dari aspek psikologi mereka membutukan rasa
aman dalam kehidupannya.
4.
Tuna Grahita
Tuna grahita (retardasi mental)
adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan
perkembangan mental (cacat mental) & gangguan intelektual (lemah berfikir)
jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam
tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
·
penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala
terlalu kecil/ besar,
·
tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
·
lambat dalam mempelajari
hal-hal baru
·
perkembangan bicara/bahasa terlambat
·
tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap
lingkungan (pandangan kosong),
·
koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak
terkendali),
·
tingkah laku &
interaksi yang tidak lazim atau kurang wajar
·
sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
Tunagrahita digolongkan menjadi 3:
1. Mampu rawat
2. Mampu latih
3. Mampu didik
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ
Ø
Tunagrahita ringan
(IQ : 51-70)
Ø
Tunagrahita sedang
(IQ : 25-50)
Ø
Tunagrahita berat
(IQ :dibawah 25 )
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada umur mental
Ø
Tunagrahita ringan umur
mental 8 – 12 tahun
Ø
Tunagrahita sedang umur
mental 3- 8 tahun
Ø
Tunagrahita berat umur
mental 0- 3 tahun
Umur mental tunagrahita setaraf
dengan anak usia 8 tahun, meskipun anak tunagrahita berusia 20 tahun secara
kelender akan tetapi umur mental anak itu maksimal berusia seperti anak usia 8
tahun pada anak umumnya.Maka tidak mengherankan kalau ada anak tunagrahita
berusia 20 tahun tingkah lakuknya seperti anak-anak. Pembelajaran bagi individu
tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
Faktor penyabab ketunagrahitaan adalah:
ü
Genetik (kerusakan atau
kelainaan biokomiawi, abnormalitas, kromosomal)
ü
Peradangan pada selaput
otak dan problem nutrisi karena kkurang gizi atau protein.
ü Akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir (gangguan saat
kehamilan).
ü Gangguan jiwa berat dan pengaruh lingkungan.
5. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.
Tunalaras adalah anak yang
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai
dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun
masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
·
bersikap membangkang,
·
mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
·
sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu
·
sering bertindak melanggar norma social/norma
susila/hukum.
6. Berbakat/memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa
Anak berbakat adalah anak yang
memiliki potensi kecerdasan (inteligensi), kreativitas, dan tanggungjawab
terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal).
Ciri-cirinya sebagai berikut :
·
membaca pada usia lebih muda,
·
membaca lebih cepat dan lebih banyak,
·
memiliki perbendaharaan kata yang luas,
·
mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
·
mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah
orang dewasa,
·
mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
·
menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan
verbal,
·
memberi jawaban-jawaban yang baik,
·
dapat memberikan banyak gagasan
·
luwes dalam berpikir
·
terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari
lingkungan,
·
mempunyai pengamatan yang tajam,
·
dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang,
terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
·
berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
·
senang mencoba hal-hal baru,
·
mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan
sintesis yang tinggi,
·
senang terhadap kegiatan intelektual dan
pemecahan-pemecahan masalah,
·
cepat menangkap hubungan sebabakibat,
·
berperilaku terarah pada tujuan,
·
mempunyai daya imajinasi yang kuat,
·
mempunyai banyak kegemaran (hobi),
·
mempunyai daya ingat yang kuat,
·
tidak cepat puas dengan prestasinya,
·
peka (sensitif) serta menggunakan firasat
(intuisi),
·
menginginkan kebebasan dalam gerakan dan
tindakan.
7. Kesulitan
belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar
spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung
atau matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan
disebabkan karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di
atas normal).
Anak berkesulitan belajar spesifik dapat
berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis
(disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata
pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).
Ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Anak
yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
1) perkembangan
kemampuan membaca terlambat,
2) kemampuan memahami isi bacaan rendah,
3) kalau membaca sering banyak kesalahan
b. Anak
yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
1) kalau menyalin tulisan sering
terlambat selesai,
2) sering salah menulis huruf b dengan
p, p dengan q, v dengan u, 6 dgn 9, dan sebagainya,
3) hasil tulisannya jelek dan tidak
terbaca,
4) tulisannya banyak
salah/terbalik/huruf hilang,
5) sulit menulis dengan lurus pada
kertas tak bergaris.
c. Anak
yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
1) sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
2) sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
3) sering salah membilang dengan urut,
4) sering salah membedakan angka 9
dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
5) sulit membedakan bangun-bangun
geometri.
8.
Autis
Secara definisi autis adalah
suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang
membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.
Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam
dunia repetitive, aktivitas
dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen,
1993).
Menurut Power (1989) karakteristik anak
dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
1.
Interaksi sosial
2.
Komunikasi (bahasa dan
bicara)
5.
Gangguan sensorik dan
motorik
6.
Perkembangan terlambat atau
tidak normal
Ciri-cirinya antara lain:
·
membeo atau bicara terus
menerus dengan kata-kata yang aneh,
·
senang membariskan
benda-benda,
·
senang tiduran di lantai,
·
senang mengibas-ngibaskan
tangan,
·
suka merusak,
·
suka memutar atau
menggelengkan kepala,
·
menghindari kontak mata,
·
kadang menangis atau
tertawa sendiri.
Jadi anak autis
adalah anak yang mengalami kelainan secara kompleks, susah diajak berkomunikasi
dan makanannyapun harus dijaga atau diet, tidak boleh makan makanan yang
mengandung tepung, karena efeknya akan mengalami hiper. Anak autis lebih cepat sembuh
dibandingkan dengan anak-anak yang mengalami tunagrahita melalui terapi yang terus
menerus.
9. Hiperaktif
Hiperaktif adalah gangguan
tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan
gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Ciri-cirinya antara lain:
·
Menolak duduk di kursi
·
Berputar sebelum duduk
·
Berputar mondar-mandir
·
Memegang benda-benda
sekitar
·
Terlalu banyak bicara
·
Membuat-buat alasan
·
Tidak teratur mengerjakan
tugas
·
Membolak-balikkan kertas
·
Kesulitan konsentrasi
10. ADHD
ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam
peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan
aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai
dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk
dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk,
atau sedang berdiri.
Ciri-ciri Anak ADHD
a.
Seringkali gagal untuk
memperhatikan detail atau melakukan kesalahan yang tidak semestinya dalam
mengerjakan tugas-tugas sekolah atau tugas lainnya
b.
Kerapkali mengalami
kesulitan untuk mempertahankan perhatiannya dalam tugas-tugas yang sedang
dikerjakannya atau saat bermain
c.
Seringkali terlihat seperti
tidak mendengarkan saat diajak berbicara oleh orang lain
d.
Seringkali tidak mengikuti
petunjuk yang diberikan dan gagal untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau
tugas lainnya di tempat kerja
e.
Seringkali mengalami
kesulitan untuk mengorganisir tugas atau kegiatannya
f.
Seringkali menghindar,
menolak, atau enggan untuk terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan mental
effort (tugas yang menuntut anak untuk berpikir), seperti tugas sekolah, PR
g.
Sering kehilangan
benda-benda yang diperlukan untuk membuat tugas atau bermain, seperti alat
tulis, buku kerja, mainan,dll
h.
Perhatiannya mudah teralih
oleh stimulus di lingkungan
11. Indigo
Indigo adalah manusia yang sejak
lahir mempunyai kelebihan khusus yang tidak dimiliki manusia pada umumnya.
Macam Indigo :
- Indigo Humanis,anak yang akan bekerja dengan
orang banyak mereka adalah dokter, pengacara, guru, ahli pemasaran di masa
depan bergaul secara luas sangat aktif sering terbentur karena tidak punya
rem.
- Indigo artis, indigo yang sangat
sensitif, perawakan kecil berminat pada seni. Meski menjadi dokter mereka
akhirnya menjadi ahli bedah atau peneliti. Pada umur 5 – 10 tahun mereka
telah menguasai 15 jenis seni yang berbeda. Jika tertarik ke musik mereka
bisa menguasai lebih 4 jenis alat musik sekaligus
- Indigo interdimensional, indigo yang paling
sakti. Pada umur 2 tahun mereka sudah bisa diajak bicara banyak hal. Pada
umur itu mereka sudah bisa bilang “ Saya sudah tahu hal itu “, atau “ Saya
bisa atasi itu”. Biarkan saja saya sendiri.
- Indigo konseptual, lebih banyak menggarap
proyek dibanding orang lain. Mereka adalah arsitek, ahli mesin, perancang,
astronot di masa mendatang. Fisik mereka terlihat sangat atletis dan punya
kemampuan mengendalikan orang. Yang menjadi sasaran biasanya ibunya.
Ciri-cirinya antara lain:
·
Mempunyai kesadaran diri
yang tinggi, terhubung dengan sumber (Tuhan)
·
Tidak nyaman dengan
disiplin dan cara yang otoriter tanpa alasan yang jelas.
·
Menolak mengikuti aturan
atau petunjuk
·
Tidak sabaran dan tidak
suka bila harus menunggu.
·
Frustasi dengan sistem yang
sifatnya ritual dan tidak kreatif.
·
Mereka punya cara yang lebih
baik dalam menyelesaikan masalah.
·
Sebagian besar adalah orang
yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
·
Tidak bisa menerima hukuman
yang tanpa alasan selalu ingin alasan yang jelas.
·
Mudah bosan dengan tugas
yang diberikan
·
Kreatif
·
Mudah teralihkan perhatiannya,
bisa mengerjakan banyak hal bersamaan.
·
Menunjukkan intuisi yang
kuat
·
Punya empati yang kuat
terhadap sesama atau tidak punya empati sama sekali.
·
Sangat berbakat dan pintar
(CIBI)
·
Saat kecil sering di
identifikasi ADHD ( susah berkonsentrasi )
·
Mempunyai visi dan
cita-cita yang kuat
·
Pandangan mata mereka
terlihat bijaksana dan mendalam
·
Mempunyai kesadaran
spiritual atau mempunyai kemampuan psikis.
BAB III
DESKRIPSI
DATA
A. SISTEM
PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ABK
1. Sekolah Khusus
/ Sekolah Luar Biasa (SLB)
Sekolah Luar Biasa ialah satuan
pendidikan yang menyelenggagarakan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Jenis ketunaan yang dilayani adalah semua jenis ketunaan, yang proses
pembelajarannya dikelompokkan berdasarkan masing-masing jenis ketunaan.
Misalnya dalam sekolah tersebut ada anak tunanetra, tunarungu dan ketunaan
lainnya, maka anak tunanetra belajar dengan tunanetra lainya dan terpisah
dengan dengan anak tunarungu atau ketunaan lainnya.
Dalam SLB satu atap menyelenggarakan pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus mulai jenjang:
- TKLB -- selama 2-3 tahun
- SDLB -- selama
6 tahun
- SMPLB -- selama 3 tahun
- SMALB -- selama 3 tahun
Kurikulum yang digunakan di SLB
adalah kurikulum nasional sesuai jenis ketunaan yang sudah di tetapkan
rambu-rambunya oleh BNSP. Dalam pelaksanaan kurikulum ini disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan anak berkebutuhan khusus yang dilayani.
Isi kurikulum SLB pada dasarnya
sama dengan sekolah umum, ada mata pelajaran akademis dan mata pelajaran
praktis, perbedaanya ada pada perbandingan prosentase antara pendidikan
akademis dan pendidikan praktis (ketrampilan). Untuk Kurikulum TKLB dan SDLB
hampir sama perbandingannya antara pendidikan akademis dan praktis adalah
60:40, sedangkan pada SMPLB perbandingannya ialah 40:60, dan pada SMALB
perbandingannya 30:70.
Pada kurikulum SLB selain
pendidikan akademis dan ketrampilan ada juga program khusus. Program Khusus ini
diberikan berdasarkan jenis ketunaan. Adapun program khusus untuk anak
berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut:
1.
Orientasi dan Mobilitas
untuk tunanetra
2.
Bina Komunikasi
Persepsi Bunyi dan Irama untuk tunarungu
3.
Kemampuan Merawat Diri/Bina
Diri untuk tunagrahita
4.
Bina Gerak
untuk tunadaksa
5.
Bina Pribadi dan
Sosial
untuk anak tunalaras
2. Pendidikan
Inklusi
Pendidikan inklusi ialah Sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Tujuan Pendidikan Inklusi
bedasarkan Permendiknas No. 70 Tahun 2009 ialah:
(1) Memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya;
(2) Mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua
peserta didik, sebagaimana yang dimaksud pada point ke 1
Kurikulum pada Satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif menggunakan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai
dengan bakat, minat dan potensinya. Serta pembelajaran pada pendidikan inklusif
mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang disesuaikan dengan
karakteristik belajar peserta didik.
Untuk Penilaian Pendidikan
Inklusi berdasarkan Permendiknas No. 70 Tahun 2009:
v Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif
mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
v Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum
yang dikembangkan sesuai dengan standar nasional pendidikan atau di
atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional.
v Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran
berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar nasional
pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang bersangkutan.
v Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian
sesuai dengan standar nasional pendidikan mendapatkan ijazah yang
blankonya dikeluarkan oleh Pemerintah.
v Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan
pendidikan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan di
bawah standar nasional pendidikan mendapatkan surat tanda tamat belajar yang
blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.
Peserta didik yang memperoleh
surat tanda tamat belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat atau
jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi atau satuan pendidikan khusus.
Anak Berkebutuhan Khusus dilihat
dari ketunaan dibagai menjadi dua yaitu Anak Berkebutuhan Khusus bersifat
Permanen dan anak Berkebutuhan Khusus yang bersifat temporer.
1.
Anak Berkebutuhan Khusus Temporer
Anak Berkebutuhan Khusus temporer
adalah anak yang mengalami kelainan bersifat sementara dan bila mendapatkan
perlakuan /intervensi/terapi akan mendekati kesembuhan, contoh anak yang
termasuk Anak Berkebutuhan Khusus temporer diantaranya: tuna laras, dileksia,
diskalkulia, disgrafia, autis, hiperaktif
2.
Anak Berkebutuhan Khusus Permanen
Anak Berkebutuhan Khusus permanen
adalah anak yang mengalami kelainan yang sifatnya tetap/tidak bisa
disembuhkan/cacat bersifat tidak bisa disembuhkan. Anak Berkebutuhan Khusus
yang bersifat permanen diantaranya adalah: Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita,
Tunadaksa, Tunaganda, Anak dan lain-lain.
Jenis-Jenis Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
Dalam menangani anak berkebutuhan
khusus, pada dasarnya ada dua prinsip penanganan yang laing mendasar, yaitu:
1.
Penanganan Bersifat Interfensi
Penanganan bersifat intervensi
adalah penanganan bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang mempunyai kelainan/ketunaan
yang bersifat temporer, yaitu tuna laras, dileksia, diskalkulia, disgrafia,
autis, hiperaktif, dengan jalan memberikan memberikan
perlakuan/intervensi/terapi yang berkelanjutan sehingga menjadikan ketunaan
berkurang jauh atau bahkan mendekati normal.
2.
Penanganan Bersifat Kompensasi
Penanganan bersifat kompensasi
adalah penanganan bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang mempunyai kecacatan yang
bersifat permanen, yaitu Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa,
Tunaganda, dan lain-lain, dengan jalan mengalihkan indera yang hilang dengan
indera yang masih dimilikinya, misaknya tunanetra kehilangan inderra
penglihatan maka bisa dikompensasikan dengan indera yang masih dimilikinya,
misalnya dengan memfungsikan indera pendengarannya, indera peraba, indera
penciuman, demikian juga untuk tunarungu mereka kehilangan indera pendengaran
maka dikompensasikan dengan indera yang ada, yaitu indera penglihatannya, dan
lain-lain.
Anak berkebutuhan khusus perlu
penanganan yang khusus pula, maka dari itu para anak berkebutuhan khusus di
sekolahkan di Sekolah Luar Biasa yang mana sesuai dengan kebutuhan mereka
masing-masing.
B.
OBSERVASI
LEMBAGA
Sekolah Luar Biasa
Negeri HANDAYANI pada awal berdirinya pada tahun 1983 bernama SDLB yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial kab. Sukabumi kemudian
sesuai dengan aturan pemerintah pada tahun 2003 SDLB berubah menjadi SLBN yang mencakup
TKLB, SDLB, SLTPLB, dan SMALB. SLBN HANDAYANI ini telah melaksanakan tugasnya
dalam mendidik anak bangsa selama kurang lebih 31 tahun. SLBN Handayani
memberikan pelayanan bagi penyandang tuna netra,tuna rungu,tuna grahita ringan
dan sedang serta tuna daksa sedang untuk dibina menuju kemandirian dan
kesetaraan dari usia SD – SLB dengan jumlah murid 114 siswa putra dan putri.
1.
Data Sekolah
No. Sekolah
: 801 02 0 18 001
NPSN : 58570398
Status Sekolah : Negeri
Status Akreditasi : SDLB : B (Baik)
:
SMPLB : B (Baik)
:
SMALB : A (Amat Baik)
Tahun Berdiri : 1983
Alamat : Jl. Raya
Karangtengah No.126 Cibadak Kab.Sukabumi
Telepon : 0266-533127
Fax :
0266-535514
E-mail : handayanisukabumi@yahoo.co.id
Website : www.handayanisukabumi.blogspot.com
2.
Visi dan Misi
Visi :
SLB Handayani sebagai pengembang potensi, bakat, minat dan kecerdasan
peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan terampil memalui
pendidikan berbasis kecakapan hidup tahun 2014
Misi :
·
Meningkatkan keimanan peseta didik melalui pengetahuan, keterampilan, dan
pembiasaan ajaran agama sehingga menjadi manusia yang bertaqwa.
·
Meningkatkan pengetahuan yang bermanfaat bagi peserta didik sesuai dengan
potensi dan karakteristik yang dimilikinya.
·
Meningkatkan keterampilan kecakapan hidup ( Life skill ) yang meliputi
keterampilan personal, sosoial, interpersonal dan vukasional.
·
Meningkatkan kepribadian yang mantap sehingga mampu berinteraksi,
berkomunikasi, kompetitif dan bekerja sama dengan orang lain.
3.
Tujuan SLB Handayani :
Mengembangkan dan
meningkatkan minat, bakat, kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia
dan keterampilan vokasional untuk hidup mandiri.
4.
Keadaan guru dan karyawan SLB
Handayani :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16
|
Kepala Sekolah
PKS Urusan Kurikulum
PKS Urusan Kesiswaan
PKS Urusan Sapras
PKS Urusan Humas
Pemegang Kas
Penanggung jawab Perpustakaan
Koordinator spesialisasi Tunanetra
Koordinator spesialisasi Tunarunggu
Koordinator spesialisasi TG Ringan
Koordinator spesialisasi TG Sedang
Koordinator spesialisasi TD Sedang
Urusan Keuangan
Urusan Administrasi
Urusan Kepegawaian
Caraka
|
: Agus, S.Pd.
: Drs. Deden Rachmat S.
: Asep Budi Mulhayat,S.pd.
: Yayan Ahmad R. S.Pd.
: Sudinta Ghandi, S.Pd.
: Atus Gusniar, S.Pd.
: Kurnia, S.Pd.
: Eti Hartai, S.Pd.
: Atik Rahmat, SE.M.MPd.
: Atus Gusniar, S.Pd.
: Yayan Ahmad R. S.Pd.
: Drs. Deden Rachmat S.
: Tika Atikah, A.Md.
: Heri Budiana
: Tika Atikah, A.Md.
: Sobur
|
5.
Tugas guru menurut
Spesialisasi
1.
|
Spesialisai Tunanetra ( Bagian A )
|
· Eti Hartati,S.Pd.
· Ujang Jarkasih, S.Pd.
|
2.
|
Spesialisai Tunarunggu ( Bagian B )
|
· Atik Rahmat, SE.M.MPd.
· Kurnia, S.Pd.
· Ahmad Ridwan, S.Pd.
· Titin Sumarni, S.Pd.
· Suhaeman , S.Pd.
· Isye Rostiana, S.Pd.
· Yeni Rohaeni, S.Pd.
|
3.
|
Spesialisai Tunagrahita Ringan dan
Sedang ( Bagian C & C 1).
|
· Atus Gusniar, S.Pd.
· Yayan Ahmad R. S.Pd.
· Sudinta Ghandi, S.Pd.
· Entin Kusmiati, S.Pd.
· Asep Budi Mulhayat,S.Pd.
· Irma Nurhasanah, S.Pd.
· Tina Agustina, S.Pd.
· Annisa Apriliani S.S.P
|
4.
|
Spesialisai Tunadaksa Sedang
( Bagian D 1 )
|
· Aton Patonah, S.Pd.
· Dewi Gustiawati, S.Pd.
· Drs. Deden Rachmat S.
|
5.
6.
7.
8.
|
Instruktur Pelatih Keterampilan
5.1
. Merangkai sapu ijuk
5.2
. Tata Boga
5.3.
Tata Busana
5.4.
Budidaya Ikan
Pelatih
Kesenian
6.1.
Tari
6.2.
Badud/ Debus
6.3.
Vokal dan instrumental
Pelatih
Olah Raga
7.1.
Atletik
7.2.
Tenis Meja
7.3.
Bulu Tangkis
Guru
Bidang Studi
8.1.
Pendidikan Agama Islam
8.2.
Bahasa Inggris
|
· Yayan Ahmad R. S.Pd.
· Atus Gusniar, S.Pd.
· Titin Sumarni, S.Pd.
· Kusyaeri
· Suherman,S.Pd.
· Titin Sumarni, S.Pd.
· Suherman,S.Pd.
· Kurnia,S.Pd.
· Suherman,S.Pd.
· Aton Patonah, S.Pd.
· Eti Hartati,S.Pd.
· Ai Sumiati,S.P.d
· Sudinta Ghandi, S.Pd.
|
C.
OBSERVASI FISIK
1.
Penampilan Fisik
Subjek
Penampilan fisik subjek di kelas
tuna grahita berbeda-beda dimana secara umum fisiknya ada yang berbentuk
mongoloid dan ada yang seperti normal biasa. Yang berwajah mongoloid rata
bermata sipit,berambut pirang.
Ciri-cirinya otot-otot
lemah,wajah datar dengan mata agak miring keatas, dahi agak lebar, hidung pesek
lidah tebal,mulut kecil,telinga kecil dan letahnya agak rendah leher lebih
lebar dari ukuran normal, telapak tangan hanya mempunyai 1 garis tangan, jari
tangan pendek dan jari kelingking hanya ada 2 ruas dan melengkung ke dalam, ada
jarak lebar antara jempol dan jari yang berdekatan. Rambut tippis dan jarang.
Salah satunya siswa yang bernama
Fajar terlihat berbeda dengan anak normal lainnya. Dengan berwajah mongolid,
tangan membesar, matanya juling, rambutnya pirang, kepalanya lebih kecil dari
pada ukuran seharusnya. Perilaku emosinalnya tidak stabil,cenderung temperamen,
curiga terhadap perilaku orang lain. Intelegensinya kurang dan mudah lupa. Dan
berbicarapun kurang jelas. Emosinya tinggi dan siswa-siswa yang lain ada yang
berwajah biasa seperti anak normal dengan kemampuan bicara yang lebih bagus
dibandingkan siswa yang lain yang mongoloid salah satunya Nadia dengan wajah
cantik seperti wajah biasa dengan kemampuan berbicara lebih jelas hanya
persamaannya antara siswa yang mongoloid dan siswa yang berwajah biasa adalah
kemampuan otaknya yang dibawah rata-rata IQ berkisar 40 – 50 dengan situasi
emosionalnya tidak stabil dan meledak.
2. Aktifitas Subjek
Dalam Kelas
Secara umum anak-anak tunagrahita
bersosialisasi seperti anak biasa antar temannya tetapi kalau diluar kelas
mereka cenderung minder. Pada saat dikelas mereka belajar dengan di bimbing
satu persatu oleh gurunya dengan perbandingan 1 : 1, 1:3, 1:5 dan 1:8, tergantung
berat tidaknya kebutuhan khusus siswa tersebut. Interaksi siswa dan guru
didalam kelas berjalan lancar hanya ada perbedaan dengan siswa biasa yaitu pada
saat bertanya pada guru mereka cenderung memukul-mukul meja atau melempar buku
dan lainnya.
Salah satunya Fajar, Nadia,
Melly, Siti, Difa saling melempar buku pada saat berkomunikasi.
Dalam pergaulan dengan teman
sebaya tidak mendapat hambatan, tetapi ketika dia bergaul dengan orang luar
sekolag mereka cenderung ada mencari perhatian, ketakutan atau ada yang tidak
peduli terhadap lingkungan.
3.
Cara Penanganan
Cara penanganan tuna grahita
Guru didalam kelas mengajar siswa
grahita dengan perbandingan 1:1, 1:3, 1:5, dan 1:8 tergantung kebutuhan
tingkatan siswa tersebut. Untuk pennganan atau therapy, sekolah menyarankan
untuk ke dokter atau psikiater, sekolah hanya melaksanakan bimbingan akademik
saja.
Cara penangan tuna rungu
Siswa tuna rungu yang ada d SLBN
Handayani secara fisik wajahnya sama dengan ank normal seperti biasa hanya
perbedaannya dalam cara berbicara dengan menggunakan gerakan tangan serta
ucapan yang tidak jelas. Ciri khusus dari kelas tuna rungu adalah berjalan
membungkuk dan saling curiga terhadap teman.
Cara bersosialisasi anak tuna
rungu dengan sesama teman dikelas sangat akrab tapi dengan orang diluar kelas
mereka cenderung minder atau kurang percaya diri.
Mereka belajar seperti anak umum
sesuai dengan anak usia mereka hanya pada saat bertanya mereka salalu
menggunakan bahasa isyarat contohnya siswa Rani, dia sangat pintar hitungan,
berwajah cantik, dan diapun bisa berkomunikasi seperti anak biasa dengan bahasa
yang lebih jelas dibandingkan teman-teman sekelasnya dan penggunaan bahasa
isyarat merupakan ciri khas tuna rungu. Didalam kelas guru mengajar dengan sama
menggunakan bahasa isyarat dan pemberian pelajaran khusus yaitu pembelajaran
bahasa isyarat cara mengucapkan kalimat.
Cara penanganannya sama dengan
tuna yang lain, hanya mendapatkan pembelajaran huruf braile dan kepekaan indra
keenam.
BAB IV
P E N U T U P
1. Kesimpulan
Anak dengan kebutuhan khusus
adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan
(phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Sistem pembelajaran untuk anak
yang berkebutuhan khusus tidak jauh berbeda dengan anak normal. Cuma cara
pengajarannya atau penyampaiannya sedikit agak berbeda. Anak berkebutuhan
khusus juga diajarkan pelajaran-pelajaran umum dan seperti akan lulus sekolah,
dilakukan ujian nasional seperti yang ada di sekolah umum, akan
tetapi pelajaran atau soal yang diajarkan atau diberikan sedikit agar lebih
ringan.
2. Saran
Karena keterbatasan waktu, maka
penelitian ini sangatlah terbatas. Semoga penelitian ini dapat digunakan
sebagai wawasan pembelajaran untuk masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
3.
2010. Pendidikan Anak Luar
Biasa. [Online]. Tersedia:
http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/
pendidikan-anak-luar-biasa/ (14
Januari 2010)
4.
Anak Berkebutuhan
Khusus. [Online]. Tersdia: http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
6.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus).